Tuesday, April 15, 2014

Nyeri Dada, Serangan Jantung atau Robeknya Pembuluh Aorta?

Rasa nyeri di dada tidak selalu menandakan gejala serangan jantung. Anda perlu mengenali rasa nyeri sebagai penanda munculnya penyakit lain, seperti robeknya pembuluh darah (diseksi) aorta. Untuk membedakannya, cara paling sederhana adalah dengan memperhatikan bagaimana rasa nyeri tersebut muncul.

Ahli jantung RSJPD Harapan Kita, dr Iwan Dakota, SpJP(K) menjelaskan, pada penyakit diseksi aorta, penderitanya merasakan nyeri yang disebut sebagai onbreak onset, yakni serangan atau rasa nyeri terjadi seketika, sedangkan nyeri pada serangan jantung yang disebut gradual onset, muncul cenderung meningkat perlahan. 

"Pada penyakit diseksi aorta, penderitanya merasakan nyeri yang tajam seperti ditusuk. Sementara nyeri pada serangan jantung terasa lebih berat dan seperti ditekan," ungkapnya di Jakarta pada Rabu (11/9/2013). 

Meski rasa nyeri di dada bisa menjadi penanda awal diseksi aorta, perlu ada pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit ini. 

Pemeriksaan awal adalah elektro cardiography (EKG) dan enzim jantung. Pemeriksaan ini juga bisa membedakan apakah nyeri dada tersebut menandakan penyakit diseksi aorta atau serangan jantung.

Kalau hasil pemeriksaan EKG dan enzim menunjukkan adanya fluktuasi yang tajam, ini merupakan penanda penyakit jantung. Sementara, pada penyakit robeknya pembuluh darah aorta, hasil pemeriksaan EKG dan enzim cenderung normal dan tidak menunjukkan perubahan signifikan.

"Jadi, kalau merasa sakit di dada, dan hasil pemeriksaan EKG dan enzim cenderung normal, lakukan pemeriksaan berikutnya, misalnya magnetic resonance imaging (MRI)," ungkap dr Iwan.

Tuesday, April 1, 2014

Mempertahankan Otot Jantung, Mencegah Kematian

Serangan jantung adalah kondisi yang berakibat fatal. Penanganan yang terlambat bisa membuat otot-otot jantung mati dan tidak lagi mampu mengalirkan pasokan darah ke seluruh tubuh. 

Serangan jantung atau dalam bahasa kedokteran disebut dengan infark miokard akut, pada umumnya disebabkan karena sumbatan pada pembuluh darah atau disebut dengan penyakit jantung koroner. 

Pembuluh koroner mengalirkan darah ke otot jantung sehingga organ itu memperoleh oksigen dan nutrisi untuk berkontraksi tanpa henti. Penyumbatan itu menghambat aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung berkurang sehingga terjadilah gangguan keseimbangan yang berujung pada kerusakan otot jantung.

Pengobatan atau terapi yang diberikan pada pasien serangan jantung hanya sanggup memperlambat kerusakan yang terjadi. "Otot jantung yang sudah terlanjur mati tidak bisa sembuh. Hanya bisa dicegah supaya kerusakannya tidak meluas," kata ahli jantung dr. Dicky A. Hanafy, Sp.JP, dari RS.Bunda Jakarta. 

Saat terjadi serangan jantung, setiap menit yang berlalu membuat semakin banyak jaringan otot yang kekurangan oksigen menjadi rusak atau mati, membentuk jaringan parut, dan menimbulkan rasa sakit dan tekanan. 

"Waktu adalah otot. Kalimat ini benar bagi penderita serangan jantung," kata Dicky. 
Karena itulah makin cepat pertolongan diberikan, maka sumbatan pada arteri koroner bisa segera diatasi. Sehingga, pasokan oksigen dan nutrisi ke otot jantung kembali normal.

Penyempitan

Serangan jantung dan gangguan jantung lainnya terjadi karena adanya sumbatan atau penyempitan pada salah satu atau lebih pembuluh darah. 

Penyempitan arteri koroner sebetulnya adalah keadaan normal. Semakin tua tentu organ tubuh tidak lagi berfungsi baik.  "Namun hal tersebut bila terjadi di usia minimal 70 tahun. Jika terjadi di usia 40, 50, 60 pasti ada yang salah dan harus diperbaiki," kata Dicky.

Kesalahan tersebut antara lain pola makan tinggi lemak jenuh, kurang olahraga, dan merokok. Ketiga kebiasaan ini memacu penyempitan arteri koroner terjadi lebih cepat.

"Memang ada beberapa faktor yang tidak bisa diubah, misal usia dan jenis kelamin. Tapi terlepas dari itu, murni kesalahan manusia," kata Dicky. 

Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit, salah satunya adalah pemasangan stent (cincin). 

Stent atau yang dikenal sebagai ring ini, menahan dinding pembuluh darah tetap dalam posisinya. Pemasangan stent akan menopang pembuluh darah untuk tetap terbuka sehingga  memungkinkan pasokan oksigen dan nutrisi tetap diterima otot jantung. 

Stent, kata Dicky, tentunya diharapkan bisa bertahan seumur hidup. "Namun kita tidak tahu mungkin saja tumbuh plak baru di sekitar stent. Yang ini kita tidak bisa kontrol," ujarnya. Dengan kata lain, pemasangan stent bukan berarti pasien bebas dari penyakit jantung koroner.

Pola hidup sehat menjadi kunci utama mencegah serangan jantung. Beberapa prinsip yang perlu diingat antara lain menjaga pola makan, giat berolahraga, berhenti merokok, dan secara teratur melakukan check-up kesehatan. 

"Untuk makanan sendiri sebetulnya tidak ada yang 100 persen harus dihindari. Tentunya aturan tidak berlaku bagi makanan seperti jeroan atau otak. Makan kedua hidangan itu sama saja bunuh diri," katanya.