Tuesday, July 30, 2013

Hati-hati, Uring-Uringan Juga Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Jakarta, Kebiasaan marah-marah atau uring-uringan sering dikaitkan dengan penyakit hipertensi atau darah tinggi. Tapi jangan salah, bukan hanya hipertensi yang identik dengan uring-uringan karena penyakit jantung pun bisa disebabkan kebiasaan seseorang yang sering uring-uringan.

"Saat manusia dalam keadaan marah atau stress, ia akan merespons, salah satunya dalam bentuk pemilihan makanan. Dalam keadaan stres, otak cenderung butuh gula lebih banyak," jelas dr Phaidon L Toruan, seorang praktisi hidup sehat saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (24/7/2013).

Oleh karena itu dipilihlah makanan yang manis dan bergula seperti donat, martabak, cokelat bergula, minuman manis, atau format gula yang asin seperti gorengan. Gula yang terkandung dalam makanan tersebut bersifat melukai dinding pembuluh darah.

Apalagi dikombinasi dengan goreng-gorengan, maka akan dengan mudah dibentuk sumbatan di sepanjang dinding pembuluh darah. Bila terjadi sumbatan itu, maka ada beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan seperti serangan jantung, hipertensi, dan stroke.

Keterkaitan marah-marah dengan penyakit jantung juga dibenarkan dokter spesialis penyakit dalam, Dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH.,MMB. Ia mengatakan sering marah juga menyebabkan orang yang mengidap penyakit jantung terkena serangan jantung. Sebab dalam kondisi marah, kerja jantung untuk memompa darah menjadi lebih cepat.

Maka dari itu, dr Ari menyarankan saat berbicara dengan orang yang memiliki penyakit jantung ucapannya harus pelan-pelan dan diatur sedemikian rupa agar tak memancing amarah orang yang bersangkutan. Tapi tak hanya penyakit jantung, uring-uringan juga berkaitan erat dengan hipetensi atau tekanan darah tinggi.

"Hipertensi sebenarnya bukan penyebab orang marah-marah, justru sebaliknya ketika orang marah-marah hal itu menyebabkan darah tinggi atau hipertensi. Kalau orang sedikit-sedikit marah akhirnya jadi emosi sehingga jadi darah tinggi dan stres adalah salah satu faktornya," jelas dokter yang berpraktik di RSCM/FKUI ini.

Supaya emosi lebih mudah terkontrol, dr Ari menekankan perlu adanya bantuan dari lingkungan sekitar seperti anggota keluarga agar kondisi orang yang bersangkutan bisa dijaga. Sedikit berbeda, dr Phaidon membagi kiat untuk mengontrol emosi melalui rumus bahwa kejadian ditambah dengan respon maka akan menjadi hasil.

"Bila kejadiannya jelek dan respon kita jelek, misalnya dengan uring-uringan dan berbagai perilaku destruktif lain, maka hasilnya bisa dipastikan jelek. Tapi, kalau kejadiannya jelek respons kita bagus, meskipun bisa saja lambat, tapi peluang untuk mendapat hasil yang baik jelas lebih besar," tutur dr Phaidon.

Ia menambahkan, respons positif untuk menghadapi sesuatu yang buruk misalnya saja berdoa, bertemu sahabat-sahabat yang positif, dan mencari solusi pada seorang ahli terkait masalah keuangan, psikologi, atau pekerjaan kantor misalnya. Mencari solusi dari seseorang yang ahli di bidangnya bisa dengan bertemu langsung atau hanya sekadar melalui idenya dalam buku, tulisan, ataupun film.

Wednesday, July 24, 2013

Buah dan Sayuran Efektif Melawan Penyakit Jantung

Ada cara mudah untuk mengjaga jantung. Para peneliti dari Mcmaster University di Kanada menemukan bahwa mengonsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, akan menjaga jantung Anda tetap sehat. Langkah ini sederhana tetapi merupakan diet efektif yang mempunyai dampak besar untuk kesehatan jangka panjang.

Para peneliti menemukan bahwa buah-buahan dan sayuran mempunyai efek yang bisa melemahkan secara signifikan gen kunci penyakit jantung.
 
Meskipun faktor genetik berperan penting dalam timbulnya penyakit jantung, namun para peneliti menemukan bahwa mengkonsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah-buahan efektif melindungi mereka dari serangan penyakit tersebut.
 
Penelitian ini melibatkan para ilmuwan yang meneliti catatan DNA dari 27 ribu orang di Eropa, Asia Selatan, Cina, Arab dan Amerika Latin. Para peneliti itu juga menanyai para pemilik data tersebut mengenai kebiasaan makan mereka sehari-hari. Sayuran dan buah-buahan diketahui memodifikasi kode genetik kromoson 9p21 secara berbeda-beda. Kromosom ini adalah yang meningkatkan risiko serangan jantung.
 
“Kami mengobservasi bahwa risiko penyakit jantung bisa dikurangi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan,” kata salah seorang dari tim peneliti, Profesor Sonia Anad. Hasil penelitian ini mendukung rekomendasi agar orang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lima kali lebih banyak.

Monday, July 22, 2013

Tindakan Pertama Penderita Serangan Jantung

Serangan jantung tak bisa ditebak kapan dan di mana terjadinya. Serangan mematikan ini bisa menyerang siapa saja yang memang mempunyai faktor risiko seperti tekanan darah tinggi dan kandungan kolesterol berlebih.
Ahli penyakit jantung dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Lukman Hakim Makmun SpPD KKV KGer SpJP, membeberkan beberapa langkah penyelamatan dini untuk serangan jantung. "Kalau pakai celana sempit, dilonggarkan," ujar dia dalam diskusi hasil studi CRUCIAL pada pasien kardiovaskuler di Asia Pasifik, Rabu, 12 Oktober 2011. Kemudian pasien juga harus ditenangkan.

Dengan pasien merasa tenang, maka kinerja hormon adrenalin tidak terlalu tinggi sehingga kebutuhan oksigen pun tidak banyak. Lukman meminta agar penderita dibaringkan dan ditenangkan. "Dan tentunya segera dibawa ke rumah sakit," papar dia. Alternatif lain yang bisa dilakukan, Lukman melanjutkan, adalah membuat penderita batuk. "Kalau batuk, aliran darah ke otak jadi lebih cepat," jelas dia. Tapi batuk bukan jaminan penderita bisa selamat dari serangan jantung. "Ini hanya usaha," ia mengingatkan.

Sebenarnya, kata Lukman, ada cara medis untuk penyelamatan, yaitu resusitasi jantung dan paru. Tapi memang perlu pelatihan untuk yang akan melakukannya. Kalau di luar negeri, tak hanya paramedis yang bisa resusitasi jantung dan paru. Khusus Indonesia, memang belum terlalu banyak yang bisa. Padahal, Lukman menambahkan, harusnya orang umum bisa. Mekanismenya sederhana. Pertama, tekan dada berulang-ulang, lalu tiup mulut dan hidung penderita. Cara ini diharapkan mampu membuat penderita jantung kembali bernapas normal.

Saturday, July 20, 2013

Kenali Gejala Serangan Jantung

KOMPAS.com  Keluhan serangan jantung tidak selalu seperti yang kita saksikan di layar sinetron saat aktor berakting memegang dada kiri, sementara mata mendelik, badan membungkuk, lalu tersungkur ke lantai.
Terdapat berbagai ragam keluhan serangan jantung dan gejalanya tidak sama pada tiap orang, terutama pada perempuan.
Serangan jantung yang dalam bahasa medis disebut acute miocard infark terjadi karena adanya sumbatan gumpalan darah di pembuluh koroner. Ada banyak hal yang bisa memicu serangan jantung, termasuk faktor usia, hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas, konsumsi alkohol, stres, merokok, dan pola makan yang tidak sehat.
Untuk mengenali potensi serangan jantung sedini mungkin, kenali tanda-tanda penting gangguan jantung berikut ini:
Kelelahan dan sesak napas Rasa lelah yang berlebihan dan napas pendek-pendek adalah dua tanda yang coba dikirimkan tubuh agar Anda segera beristirahat. Namun, gejala ini juga bisa menjadi tanda adanya masalah pada jantung sebagai respons tekanan ekstra pada jantung.
Bila Anda sering mengeluh kelelahan tanpa penyebab yang jelas, itu bisa jadi tanda ada sesuatu yang salah pada tubuh. Napas pendek-pendek dan kelelahan ini paling sering dialami perempuan dan terjadi sebulan sebelum serangan jantung.
Keringat dingin Berkeringat lebih dari biasanya, terutama jika Anda tidak sedang melakukan aktivitas, bisa menjadi gejala awal masalah pada jantung. Hal ini terjadi karena tubuh bekerja keras memompa darah melewati sumbatan di koroner sehingga tubuh mengeluarkan keringat lebih banyak untuk menjaga temperatur tubuh.
Mual, muntah, dan nyeri perut Keluhan serangan jantung biasanya disertai rasa mual, muntah, dan keringat dingin sehingga disalahartikan sebagai masuk angin. Akibatnya, penderita tidak dibawa ke rumah sakit. Pertolongan yang semestinya segera diberikan menjadi terlambat.
Nyeri dan rasa tertekan di dada Meski tidak semua serangan jantung memiliki gejala nyeri dada, tanda ini paling sering dikenali sebagai serangan jantung. Nyeri dada yang dialami digambarkan seperti sensasi tertekan benda berat atau gajah menginjak dada.
Nyeri di seluruh tubuh Rasa nyeri dan kaku di seluruh tubuh juga sering dialami orang yang pernah mengalami serangan jantung. Kebanyakan mengalami rasa nyeri dan kebas di tangan kiri. Namun, nyeri ini juga bisa muncul di berbagai bagian tubuh, seperti atas perut, pundak, punggung, bahkan rahang.
Pertolongan pertama Ketika terjadi serangan jantung, segeralah membawa pasien ke rumah sakit. Bila memungkinkan, berilah pasien aspirin untuk dikunyah. Tujuannya adalah melancarkan bekuan darah.

Waspadai Kematian Mendadak Usai Olahraga

Kompas.com - Melakukan gerak badan secara teratur banyak disarankan untuk mengurangi penyakit kardiovaskular. Namun, tidak sedikit orang yang justru terkena serangan jantung setelah berolahraga. Sebelumnya, seniman Betawi Benyamin S dan pelawak Basuki meninggal saat bermain bola. Terakhir, aktor sekaligus politisi Partai Demokrat Adjie Massaid menghembuskan nafas terakhir usai bermain futsal.
Serangan jantung yang timbul usai berolahraga itu, menurut dr.Grace Tumbelaka, Sp.OK, biasanya terjadi pada orang yang punya risiko penyakit jantung atau pada mereka yang jantungnya tidak terlatih namun nekat berolahraga.
"Coba perhatikan orang-orang yang mengalami kematian mendadak itu, biasanya mereka sudah tidak muda lagi dan karena kesibukannya tidak bisa menyempatkan olahraga secara rutin," papar dr.Grace, ahli kedokteran olahraga ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/2/2011).
Ia menambahkan, setiap olahraga permainan, seperti basket, sepak bola, tenis, atau futsal, memiliki sifat yang hampir sama. "Yang menyebabkan serangan jantung adalah karena jantungnya tidak terlatih. Kalau seseorang sudah biasa olahraga sejak muda, tidak terputus dan rutin dilakukukan tiga kali seminggu, maka mengalami efek akibat olahraga lebih kecil," katanya.
Karena itu, ia menyarankan agar setiap orang yang sudah berusia 40 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan jenis latihan yang tepat. "Di usia ini rata-rata orang punya risiko penyakit jantung," imbuhnya.
Grace menambahkan, setiap tahapan usia memiliki tingkat latihan dan porsi tersendiri, terutama intensitasnya.
"Saat berolahraga, kebutuhan jantung akan oksigen meningkat dan jantung akan memompa lebih keras lagi. Jika sebelumnya sudah ada sumbatan di pembuluh darah, ini bisa membuat kebutuhan oksigen jantung tidak tercukupi," kata dokter yang pernah  menangangi tim Pelatnas PBSI ini.
Untuk mereka yang telah berusia paruh baya, pemeriksaan prepartisipasi wajib dilakukan. "Pemeriksaan ini sekarang baru dilakukan para atlet, padahal ini bisa dilakukan semua orang untuk menentukan jenis olahraga yang tepat," paparnya.
Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, olahraga seharusnya dilakukan dengan tepat dan diawasi sehingga tidak berlebihan.

Penebalan Otot Jantung Sebabkan Kematian Mendadak

Kompas.com - Salah satu penyakit jantung yang perlu diwaspadai adalah penebalan otot jantung. Penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik ini bisa menyebabkan kematian mendadak. 

"Biasanya korban beraktifitas fisik terlalu berat, misalnya olahragawan. Akibatnya otot menebal dan butuh aliran darah lebih banyak daripada biasanya," kata dr. Antono Sutandar SpJP, dari Siloam Heart Institut di Siloam Hospital Kebon Jeruk pada Jumat (19/7). 

Antono menjelaskan, otot jantung yang menebal perlu lebih banyak aliran darah sehingga ini menimbulkan ketidakseimbangan. Permintaan otot tidak sama dengan jumlah darah yang bisa disuplai sehingga otot tidak bisa bekerja maksimal. Akibatnya terjadilah serangan jantung yang diikuti kematian sel. 

Penyakit ini, menurut Antono, tidak kambuh bila penderita tidak beraktifitas fisik terlalu berat. "Kalau penderitanya santai saja, tidak ada masalah," katanya. 

Penyakit ini juga tidak memiliki gejala spesifik. Karena itu, Antono menyarankan skrining untuk deteksi dini. 

Skrining pertama adalah mengetahui riwayat penyakit dalan satu keluarga. Selanjutnya bila diketahui pernah menderita penebalan otot jantung, maka pasien menjalani tes EKG dan Cardiac MRI. Kedua tes ini untuk mengetahui bagaimana kondisi jantung, dan memperkirakan risiko kematian mendadak. 

Kemudian pasien akan menjalani monitoring irama jantung. Irama yang tidak teratur menandakan kerja jantung yang kurang maksimal. Pasien juga menjalani tes olahraga untuk melihat tekanan darahnya. 

Pada orang dengan otot jantung tidak menebal, olahraga menyebabkan tekanan darahnya naik perlahan. Sebaliknya pada orang dengan penebalan otot, tekanan darahnya cepat sekali naik lalu langsung turun. Tekanan darah yang berfluktuasi tajam ini berbahaya bagi kesehatan jantung. 
Penebalan otot jantung wajib diwaspai. "Perhatian di Indonesia masih kurang. Padahal angka kejadiannya berkisar 1/500 sampai 1/1000," kata Antono. 

Karena itu Antono menyarankan deteksi dini, terutama bila ada keluarga yang pernah mengalami penebalan otot jantung.