Sunday, December 15, 2013

Omega-3 Tak Banyak Bantu Cegah Sakit Jantung

Meskipun sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa suplementasi asam lemak omega-3 dapat membantu mereka yang telah mengalami serangan jantung dan gagal jantung, studi baru menemukan suplemen ini hanya berpengaruh kecil untuk mencegah terjadinya masalah kardiovaskular bagi mereka yang berisiko tinggi.
Selama gaya hidup tidak diubah, obat tidak akan banyak membantu.
-- dr Gianni Tognoni.
Para peneliti asal Italia melaporkan bahwa suplemen asam lemak omega-3 tidak dapat mengurangi risiko kematian dari penyakit jantung atau serangan jantung atau stroke pada orang yang memiliki risiko tinggi.

Ketua studi, dr Gianni Tognoni dari Istituto di Ricerche Farmacologiche di Milan mengatakan, berlawanan dengan ekspektasi, konsumsi suplemen asam lemak omega-3 tidak memberikan keuntungan spesifik terhadap populasi yang memang memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskular.

Ia mengatakan, asam lemak omega-3 tidak dapat membantu mencegah irama jantung yang tidak normal yang diikuti dengan serangan jantung dan gagal jantung. Oleh karena itu, suplemen ini tidak bermanfaat untuk sesuatu yang bersifat pencegahan.

"Selama gaya hidup tidak diubah, obat tidak akan membantu banyak," ujar Tognoni.

Dalam mengurangi risiko, lanjutnya, masyarakat perlu menghindari merokok, memilih makanan yang sehat, dan olahraga teratur.

Anggota studi dr Maria Carla Roncaglioni, Kepala Laboratorium Praktik Penelitan Umum di Istituto di Ricerche Farmacologiche Mario Negri berpesan, mereka yang berisiko tinggi sebaiknya tidak mengandalkan penggunaan suplemen asam lemak omega-3 dalam waktu lama, tetapi mulailah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, khususnya kebiasaan makan.

Studi yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine ini melibatkan 12.000 orang dengan risiko tinggi penyakit jantung. Mereka secara acak ada yang diminta meminum suplemen atau plasebo.

Setelah dipantau selama lima tahun, lebih dari 1.400 orang meninggal karena penyakit jantung atau mengalami serangan jantung atau stroke. Di antara mereka yang mengonsumsi suplemen, 11,7 persen di antaranya mengalami masalah-masalah tersebut. Adapun 11,9 persen kasus terjadi pada kelompok plasebo.

Sunday, December 1, 2013

Doyan Makan Telur Beresiko Sakit Jantung?

Sehat tidaknya mengonsumsi telur masih menjadi kontroversi. Pendapat terbaru menyebutkan, konsumsi telur secara berlebihan akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Meski selama ini telur dianggap "jahat" karena kandungan kolesterolnya, tapi menurut penelitian yang dimuat dalam New England Journal of Medicine, ternyata bukan kolesterol dalam telur yang meningkatkan risiko penyakit jantung.

Zat metabolit yang ditemukan dalam kuning telur yang disebut licithin disebut sebagai biang keladinya. Saat lecithin dicerna, ia akan dipecah menjadi komponen yang berbeda, termasuk senyawa kimia kolin. 

Ketika bakteri di usus memetabolisme kolin, akan dilepaskan kandungan yang oleh liver diubah menjadi komponen yang disebut trimethylamine N-oxide (TMAO). 

"TMAO akan mempercepat plak dan pengumpulan kolesterol di pembuluh darah sehingga risiko penyakit jantung dan stroke meningkat," kata Stanley Hazen, kepala departemen kedokteran sel dan molekuler di Cleveland, AS.

Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dua minggu setelah kelompok peneliti melaporkan tentang carnitin (ditemukan di daging merah dan minuman energi) dan risiko serangan jantung. 

"Kedua penelitian ini menunjukkan cara baru yang potensial untuk mengenali risiko pasien terkena penyakit jantung," kata Hazen.

Lantas, perlukah kita membuang kuning telur? Belum perlu. Menurut Hazen, masih diperlukan studi lebih mendalam untuk mengonfirmasi penemuan awal ini. 

"Konsumsi dalam jumlah sedang adalah kunci. Selain itu kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi dan kolesterol karena mengandung zat kimia yang akan diubah menjadi TMAO," katanya.