Tuesday, July 1, 2014

10 Makanan yang Atasi Detak Jantung Cepat

Di antara banyaknya gangguan jantung yang ada, serangan jantung merupakan hal terburuk yang dapat terjadi. Detak jantung cepat (tarkikardia) merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risikonya.

Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya ketika kita melakukan aktivitas fisik seperti berlari, jogging, berjalan cepat, dan lain-lain. Namun, saat selesai berolahraga dan beristirahat jantung tetap berdetak kencang, maka Anda perlu waspada. 

Kendati demikian, Anda tidak perlu panik jika mengalaminya. Konsultasikan pada pakar kesehatan jantung untuk mengurangi kecepatan detak jantung Anda. Di samping itu, konsumsi pula makanan-makanan yang mampu mengurangi detak jantung berikut ini.

1. Tahu
Tahu merupakan bahan pangan yang kaya akan kalsium dan vitamin sehingga baik untuk kesehatan jantung. Tak hanya itu, tahu juga baik bagi Anda yang ingin mengurangi berat badan.

2. Pisang
Pisang kaya akan potasium. Mineral ini sangat efektif dalam mengurangi kecepatan detak jantung.

3. Kismis
Kismis juga mengandung potasium tinggi, tetapi rendah sodium. Kismis merupakan salah satu makanan terbaik yang mampu mengobati tarkikardia secara alami.

4. Bayam
Sayuran berdaun hijau seperti bayam kaya akan magnesium. Kekurangan magnesium diketahui sebagai salah satu penyebab tingginya detak jantung dan gangguan jantung lainnya. Maka konsumsi bayam teratur bisa membantu mengatasinya.

5. Almond
Kacang satu ini mengandung antioksidan dan vitamin yang mencegah penyakit jantung dengan mengurangi kadar kolesterol "jahat" dalam tubuh. Almond juga mampu mengontrol nafsu makan sehingga mendapat predikat camilan paling sehat.

6. Susu
Kekurangan kalsium merupakan salah satu penyebab tarkikardia. Oleh karena itu, kandungan kalsium tinggi pada susu bisa jadi solusinya. 

7. Bawang putih
Bawang putih baik bagi kesehatan jantung, terutama dalam hal mencegah penyumbatan pada pembuluh darah. Ini karena bawang putih mampu mengurangi kadar kolesterol "jahat" dalam tubuh. Bawang putih juga kaya antioksidan yang melawan radikal bebas penyebab penuaan.

8. Tomat
Menurut sejumlah studi, tomat dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Selain itu, tomat juga membantu mengurangi nyeri dada karena heartburn.

9. Alpukat
Potasium digunakan tubuh untuk mengatur aliran listrik di seluruh tubuh, termasuk di jantung. Alpukat kaya akan potasium sehingga mampu membantu jantung untuk tetap sehat.

10. Ikan
Ikan seperti tuna, salmon, atau sarden mengandung asam lemak omega-3 yang tinggi sehingga baik untuk jantung. Ikan-ikan ini juga diketahui efektif untuk mengurangi detak jantung.

Sunday, June 15, 2014

Suara Degup Jantung, Indikator Kesehatan

Sepanjang hidup kita jantung berdenyut sekitar sekali setap detik dan akan lebih sering saat kita melakukan aktivitas fisik. Kita semua tentu pernah merasakan diperiksa dengan stetoskop pada dada. Namun, tahukah Anda bagaimana gema bunyi detak jantung yang didengar dokter dari alat tersebut?

Saat akan mendengarkan jantung, dokter akan menyuruh kita menghirup dan menghembuskan napas secara alami, atau dengan ritmik tertentu. Dokter akan memindahkan stetoskop dari satu tempat ke tempat lain pada dada. 

Denyut jantung yang normal mempunyai pola bunyi yang konsisten seperti "lubb" dan "dubb". Suara ini ada hubungannya dengan menutupnya katup jantung. "Lubb" diikuti jeda pendek dan "dubb" diikuti jeda lebih panjang.

Perbedaan insensitas bunyi jantung ini menjadi kunci adanya suatu penyakit yang terkait dengan jantung atau pau. Obesitas, emfisema, atau cairan sekitar jantung dapat meredam bunyi denyut jantung.

Selain itu dengan stetoskop juga dapat terdeteksi suara-suara lain. Misalnya saja suara bising jantung (murmur), akibat turbulensi selama jantung berdenyut. Tergantung lokasi dan sifat bising jantung dan hubungannya dengan suara lubb-dubb tadi, biasanya dokter dapat mengidentifikasi adanya suatu perubahan struktural pada jantung yang menjadi penyebab turbulensi itu.

Bising jantung dapat menjadi tanda adanya anemia, katup bocor, atau masalah lain. Namun, ada juga bising jantung yang tidak ada kaitannya dengan kondisi jantung, dan itu tidak membahayakan.

Sunday, June 1, 2014

Suara Degup Jantung, Indikator Kesehatan

Sepanjang hidup kita jantung berdenyut sekitar sekali setap detik dan akan lebih sering saat kita melakukan aktivitas fisik. Kita semua tentu pernah merasakan diperiksa dengan stetoskop pada dada. Namun, tahukah Anda bagaimana gema bunyi detak jantung yang didengar dokter dari alat tersebut?

Saat akan mendengarkan jantung, dokter akan menyuruh kita menghirup dan menghembuskan napas secara alami, atau dengan ritmik tertentu. Dokter akan memindahkan stetoskop dari satu tempat ke tempat lain pada dada. 

Denyut jantung yang normal mempunyai pola bunyi yang konsisten seperti "lubb" dan "dubb". Suara ini ada hubungannya dengan menutupnya katup jantung. "Lubb" diikuti jeda pendek dan "dubb" diikuti jeda lebih panjang.

Perbedaan insensitas bunyi jantung ini menjadi kunci adanya suatu penyakit yang terkait dengan jantung atau pau. Obesitas, emfisema, atau cairan sekitar jantung dapat meredam bunyi denyut jantung.

Selain itu dengan stetoskop juga dapat terdeteksi suara-suara lain. Misalnya saja suara bising jantung (murmur), akibat turbulensi selama jantung berdenyut. Tergantung lokasi dan sifat bising jantung dan hubungannya dengan suara lubb-dubb tadi, biasanya dokter dapat mengidentifikasi adanya suatu perubahan struktural pada jantung yang menjadi penyebab turbulensi itu.

Bising jantung dapat menjadi tanda adanya anemia, katup bocor, atau masalah lain. Namun, ada juga bising jantung yang tidak ada kaitannya dengan kondisi jantung, dan itu tidak membahayakan.

Thursday, May 15, 2014

Berapa Kisaran Detak Jantung Normal per Menit

Pertanyaan :

Yang dimaksud dengan detak jantung normal 60-100 per menit itu adalah detak jantung saat kita benar-benar istirahat tak melakukan aktivitas apapun, atau termasuk saat kita melakukan aktivfitas ringan seperti mandi, mencuci, dll? Detak jantung saya selalu berkisar antara 80-110.  80 per menit ketika saya sedang istirahat total 90-110 ketika tubuh saya bergerak melakukan aktivitas ringan (bahkan hanya ketika sedang berjalan). Apakah itu normal dok? Terima kasih. 


Jawab :

Sesuai dengan pertanyaan, detak jantung yang normal memang berkisar antara 60-100 kali per menit. Walaupun ada pengecualian seperti pada atlet yang bugar, detak jantungnya dapat di bawah 60 kali per menit. Detak jantung, yang biasa juga disebut denyut nadi, karena dihitumg dengan menekan urat nadi di pergelangan tangan atau dapat juga di leher, dilakukan pada saat istirahat, karena itu disebut juga detak jantung waktu istirahat. 

Pada waktu Anda melakukan aktivitas denyut nadi ini dapat meningkat, ini disebabkan pada waktu Anda beraktivitas, tubuh membutuhkan supply darah lebih banyak, dan karena itu jantung akan memompa darah lebih banyak pula.  Kecepatan denyut, detak jantung ini menunjukkan efektivitas kerja jantung.

Disamping tingkat aktivitas, kebugaran, suhu, temperatur udara,  posisi tubuh, emosi, berat badan, obat-obatan dapat bepengaruh terhadap kecepatan detak jantung kita. Sebagai contoh, kalau Anda marah jantung Anda Akan berdetak lebih cepat,dalam batas tertentu itu normal.

Lalu, pada kasus diatas, yang denyut nadinya selalu antara 80-110 kali per menit, 80 waktu istirahat dan 110 waktu  aktivitas ringan, keadaan ini  bisa normal atau bisa juga tidak, tergantung gejala lain yang menyertainya, seperti sesak nafas, sakit dada, keringat banyak, rasa pusing dan sebagainya. Namun, yang jelas, kecepatan denyut nadi dapat menunjukkan kebugaran jantung, tubuh seseorang, bahkan denyut nadi yang cepat merupakan faktor risiko untuk stroke, jantung. Karena itu sebaiknya Anda konsultasi ke dokter setempat.

Kemudian, melihat perbandingan tinggi dan berat badan , BMI, indeks massa tubuh Anda masih normal. Pertahankan ini dengan olahraga teratur, dan pola makan yang sehat. Kalau Anda teratur olahraga, minimal 30-40 menit, 5 kali dalam seminggu, di samping kebugaran Anda lebih baik, denyut nadi Anda juga akan lebih stabil.

Thursday, May 1, 2014

Detak Jantung Terlalu Cepat Tingkatkan Risiko Kematian

Detak jantung yang terlalu cepat saat seseorang sedang beristirahat perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko kematian. Risiko tersebut bahkan tetap tinggi meski mereka secara fisik sehat dan fit.

Detak jantung saat beristirahat adalah detak jantung permenit ketika seeorang sedang duduk atau berbaring selama 10 menit. Mereka yang detak jantungnya antara 60-100 per menit dianggap normal.

Detak jantung saat beristirahat dipengaruhi oleh sirkulasi hormonal, level aktivitas fisik, serta sistem saraf otonomik. 

Selama ini diketahui bahwa orang yang sangat aktif secara fisik biasanya memiliki detak jantung istirahat yang lebih rendah. Namun, para peneliti juga ingin mengetahui apakah detak jantung memiliki pengaruh pada risiko kematian, terlepas dari level olahraga kebugaran yang dilakukan.

Sekitar 3000 orang pria sehat yang berpartisipasi dalam Copenhagen Male Study dimonitor selama 16 tahun. Penelitian dimulai pada tahun 1970-1971 untuk melacak kesehatan kardiovaskular para responden di 14 perusahaan besar di Kopenhagen, Denmark.

Pada tahun 1971, seluruh partisipan diwawancara oleh dokter mengenai kesehatan dan gaya hidup, termasuk apakah mereka merokok dan berolahraga. Mereka juga diuji secara fisik, antara lain tes bersepeda untuk mengevaluasi level kardiorespiratori.

Tes kesehatan dilakukan lagi pada tahun 1985-1986 terhadap 3000 responden berupa pengukuran tekanan darah, tinggi badan, berat badan, kadar gula darah, serta lemak darah. Para peneliti juga mengukur detak jantung istirahat. 

Untuk mengetahui usia harapan hidup, para partisipan disurvei 16 tahun kemudian. Ternyata sekitar 4 dari 10 partisipan meninggal dunia. 

"Tidak mengejutkan bahwa detak jantung istirahat yang tinggi terkait dengan aktivitas fisik yang rendah, tekanan darah tinggi, berat badan, serta tingginya level lemak darah," tulis para peneliti dalam laporannya.

Seseorang yang nilai detak jantung istirahat antara 51-80 denyutan per menit mengalami peningkatan risiko kematian sampai 50 persen. 

Sementara orang yang nilai detak jantung istirahatnya antara 81-90 denyutan per menit risikonya dua kali lipat dibanding dengan mereka yang denyutannya lebih rendah.  Makin tinggi nilai denyutan, makin besar risiko kematiannya. 

Ketika faktor kebiasaan merokok juga diperhitungkan, diketahui setiap peningkatan detak jantung istirahat antara 12-27 persen akan meningkatkan risiko kematian sampai 20 persen.

Tuesday, April 15, 2014

Nyeri Dada, Serangan Jantung atau Robeknya Pembuluh Aorta?

Rasa nyeri di dada tidak selalu menandakan gejala serangan jantung. Anda perlu mengenali rasa nyeri sebagai penanda munculnya penyakit lain, seperti robeknya pembuluh darah (diseksi) aorta. Untuk membedakannya, cara paling sederhana adalah dengan memperhatikan bagaimana rasa nyeri tersebut muncul.

Ahli jantung RSJPD Harapan Kita, dr Iwan Dakota, SpJP(K) menjelaskan, pada penyakit diseksi aorta, penderitanya merasakan nyeri yang disebut sebagai onbreak onset, yakni serangan atau rasa nyeri terjadi seketika, sedangkan nyeri pada serangan jantung yang disebut gradual onset, muncul cenderung meningkat perlahan. 

"Pada penyakit diseksi aorta, penderitanya merasakan nyeri yang tajam seperti ditusuk. Sementara nyeri pada serangan jantung terasa lebih berat dan seperti ditekan," ungkapnya di Jakarta pada Rabu (11/9/2013). 

Meski rasa nyeri di dada bisa menjadi penanda awal diseksi aorta, perlu ada pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit ini. 

Pemeriksaan awal adalah elektro cardiography (EKG) dan enzim jantung. Pemeriksaan ini juga bisa membedakan apakah nyeri dada tersebut menandakan penyakit diseksi aorta atau serangan jantung.

Kalau hasil pemeriksaan EKG dan enzim menunjukkan adanya fluktuasi yang tajam, ini merupakan penanda penyakit jantung. Sementara, pada penyakit robeknya pembuluh darah aorta, hasil pemeriksaan EKG dan enzim cenderung normal dan tidak menunjukkan perubahan signifikan.

"Jadi, kalau merasa sakit di dada, dan hasil pemeriksaan EKG dan enzim cenderung normal, lakukan pemeriksaan berikutnya, misalnya magnetic resonance imaging (MRI)," ungkap dr Iwan.

Tuesday, April 1, 2014

Mempertahankan Otot Jantung, Mencegah Kematian

Serangan jantung adalah kondisi yang berakibat fatal. Penanganan yang terlambat bisa membuat otot-otot jantung mati dan tidak lagi mampu mengalirkan pasokan darah ke seluruh tubuh. 

Serangan jantung atau dalam bahasa kedokteran disebut dengan infark miokard akut, pada umumnya disebabkan karena sumbatan pada pembuluh darah atau disebut dengan penyakit jantung koroner. 

Pembuluh koroner mengalirkan darah ke otot jantung sehingga organ itu memperoleh oksigen dan nutrisi untuk berkontraksi tanpa henti. Penyumbatan itu menghambat aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung berkurang sehingga terjadilah gangguan keseimbangan yang berujung pada kerusakan otot jantung.

Pengobatan atau terapi yang diberikan pada pasien serangan jantung hanya sanggup memperlambat kerusakan yang terjadi. "Otot jantung yang sudah terlanjur mati tidak bisa sembuh. Hanya bisa dicegah supaya kerusakannya tidak meluas," kata ahli jantung dr. Dicky A. Hanafy, Sp.JP, dari RS.Bunda Jakarta. 

Saat terjadi serangan jantung, setiap menit yang berlalu membuat semakin banyak jaringan otot yang kekurangan oksigen menjadi rusak atau mati, membentuk jaringan parut, dan menimbulkan rasa sakit dan tekanan. 

"Waktu adalah otot. Kalimat ini benar bagi penderita serangan jantung," kata Dicky. 
Karena itulah makin cepat pertolongan diberikan, maka sumbatan pada arteri koroner bisa segera diatasi. Sehingga, pasokan oksigen dan nutrisi ke otot jantung kembali normal.

Penyempitan

Serangan jantung dan gangguan jantung lainnya terjadi karena adanya sumbatan atau penyempitan pada salah satu atau lebih pembuluh darah. 

Penyempitan arteri koroner sebetulnya adalah keadaan normal. Semakin tua tentu organ tubuh tidak lagi berfungsi baik.  "Namun hal tersebut bila terjadi di usia minimal 70 tahun. Jika terjadi di usia 40, 50, 60 pasti ada yang salah dan harus diperbaiki," kata Dicky.

Kesalahan tersebut antara lain pola makan tinggi lemak jenuh, kurang olahraga, dan merokok. Ketiga kebiasaan ini memacu penyempitan arteri koroner terjadi lebih cepat.

"Memang ada beberapa faktor yang tidak bisa diubah, misal usia dan jenis kelamin. Tapi terlepas dari itu, murni kesalahan manusia," kata Dicky. 

Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit, salah satunya adalah pemasangan stent (cincin). 

Stent atau yang dikenal sebagai ring ini, menahan dinding pembuluh darah tetap dalam posisinya. Pemasangan stent akan menopang pembuluh darah untuk tetap terbuka sehingga  memungkinkan pasokan oksigen dan nutrisi tetap diterima otot jantung. 

Stent, kata Dicky, tentunya diharapkan bisa bertahan seumur hidup. "Namun kita tidak tahu mungkin saja tumbuh plak baru di sekitar stent. Yang ini kita tidak bisa kontrol," ujarnya. Dengan kata lain, pemasangan stent bukan berarti pasien bebas dari penyakit jantung koroner.

Pola hidup sehat menjadi kunci utama mencegah serangan jantung. Beberapa prinsip yang perlu diingat antara lain menjaga pola makan, giat berolahraga, berhenti merokok, dan secara teratur melakukan check-up kesehatan. 

"Untuk makanan sendiri sebetulnya tidak ada yang 100 persen harus dihindari. Tentunya aturan tidak berlaku bagi makanan seperti jeroan atau otak. Makan kedua hidangan itu sama saja bunuh diri," katanya.

Saturday, March 15, 2014

Kematian Mendadak di Pagi Hari Dipicu Kurangnya Protein Tertentu

Kematian mendadak akibat serangan jantung merupakan momok karena bisa terjadi kapan saja tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Sebuah studi baru menemukan, kekurangan kadar protein tertentu di dalam tubuh seseorang bisa menjadi risiko terbesar kematian mendadak akibat serangan jantung di pagi hari.

Temuan ini dapat dijadikan dasar pengobatan baru yang mengurangi risiko kondisi tersebut, yaitu berhentinya denyut jantung secara mendadak karena ketidakstabilan listrik dalam tubuh. Demikian yang diutarakan para peneliti dalam pertemuan tahunan American Chemical Society di Indianapolis, Amerika Serikat.

"Di AS saja, kematian mendadak karena ketidakstabilan listrik menyebabkan sekitar 325.000 kematian tiap tahun. Tiga dari empat kasus terjadi pada orang berusia 35 hingga 44 tahun," ujar Dr Mukesh Jain, peneliti asal Case Western Reserve University di Cleveland.

Kematian mendadak akibat serangan jantung umumnya terjadi di pagi hari antara jam 6 dan 10 pagi, diikuti dengan serangan yang lebih kecil di waktu petang. Para peneliti sejak dulu meyakini adanya hubungan antara kematian mendadak akibat serangan jantung dengan irama sirkadian tubuh. Irama sirkadian dikenal dengan jam biologis yang meregulasi waktu tidur.

Para peneliti mengindikasikan, protein tertentu, dikenal dengan KLF15, memiliki peran dalam regulasi aktivitas kelistrikan jantung. Kadar protein ini berubah sepanjang hari dan mengatur jantung agar tetap berdenyut dengan normal.

Pada awalnya, para peneliti menemukan kadar KLF15 yang rendah pada pasien gagal jantung. Menggunakan hewan uji, mereka kemudian menemukan tikus dengan kadar KLF15 yang rendah memiliki masalah jantung yang sama seperti pasien kematian mendadak akibat serangan jantung.

Jain mengatakan, pasien dengan kadar KLF15 rendah termasuk dalam kalangan berisiko tinggi mengalami serangan jantung di pagi hari. "Peningkatan kadar protein tersebut mungkin bisa menurunkan angka kejadiannya," ungkapnya.

Saat ini, para peneliti mengatakan mereka sedang mengembangkan obat yang dapat meningkatkan kadar KLF15 dalam tubuh. Meskipun demikian, protein ini kemungkinan tidak hanya mempengaruhi sistem organ jantung, namun juga sistem tubuh lainnya.

Saturday, March 1, 2014

Penanganan Awal Serangan Jantung Maksimal 6 Jam

Banyak pasien serangan jantung yang terlambat ditangani karena ketidaktahuan atau terhambat saat perjalanan menuju rumah sakit. Padahal, pasien serangan jantung wajib mendapat penanganan maksimal 6 jam pasca serangan.

Setiap menit yang berlalu membuat semakin banyak jaringan otot yang kekurangan oksigen sehingga mati. Semakin cepat pasien dibawa ke rumah sakit, semakin banyak yang bisa dilakukan untuk membatasi kerusakan otot jantung.

Menurut penjelasan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Muhammad Zaini, serangan jantung bisa menimbulkan irama jantung abnormal. Irama ini bisa terlalu lambat, cepat, atau tidak beraturan.

" Karena itu bantuan pertama yang diberikan adalah menyelaraskan dulu irama jantungnya," katanya dalam acara Seminar Awam Penyakit Jantung bisa Diobati, yang diadakan RS. Premier Jatinegara pada Minggu (2/6/13).

Zaini mengatakan, penderita akan diberi kejutan listrik (DC Shock) untuk menyelaraskan irama jantung. Aliran listrik dapat menstimulasi otot jantung kembali ke irama normal. Irama yang kembali normal menandakan pasien bisa menjalani pengobatan lebih lanjut.

"Pengobatan ditentukan jumlah otot jantung yang tersisa. Lebih banyak otot jantung yang tersisa menentukan harapan hidup pasien yang lebih tinggi," kata Zaini.

Pada beberapa kasus, pasien bisa diberikan obat-obatan untuk memulihkan aliran darah menuju jantung, angioplasti, atau tindakan bedah untuk mengatasi penyempitan arteri koroner.

Saturday, February 15, 2014

Adakah Pertolongan Pertama untuk Serangan Jantung?

Serangan jantung merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan pertolongan segera. Jangan menunda mencari pertolongan dokter karena dalam situasi ini waktu berpacu dengan kerusakan otot jantung yang bisa berakibat fatal.

Menurut dr.Dicky A.Hanafy, spesialis jantung dan pembuluh darah, jika Anda atau ada orang lain yang terkena serangan jantung, tidak ada pertolongan pertama yang benar-benar bisa menolong.

"Alih-alih menolong, hal tersebut justru memperkecil kesempatan sembuh pasien," katanya dalam seminar bertema Penanangan Jantung Akut yang digelar oleh RS.Bunda Jakarta, Kamis (4/7/13).

Dicky mengatakan, semakin cepat mendapat penanangan di rumah sakit, kesempatan sembuh pasien semakin besar. "Tindakan pertama yang bisa menolong, mungkin secepatnya memberi oksigen," kata Dicky.

Oksigen yang langsung diterima pasien diharapkan bisa disalurkan ke jantung sehingga diharapkan bisa membuat otak tetap bekerja. "Otak yang bekerja mengindikasikan saraf yang masih sadar. Hal ini mengindikasikan pasien masih bisa diselamatkan," urainya.

Tindakan lain yang bisa dilakukan adalah memberi pasien kejut listrik melalui alat Automatic Eksternal Defibrilator (AED). Alat ini terdiri atas dua lempeng logam yang bisa dialiri listrik. Alat ini kemudian ditempelkan ke dada pasien untuk merangsang jantung bekerja.

AED adalah perangkat utama untuk penanganan darurat jantung sebelum pasien di bawa ke rumah sakit. Sarana portabel ini biasanya disediakan di ambulan dan beberapa fasilitas publik seperti di bandara. Di negara maju, di mobil polisi pun tersedia alat ini.

"Pertolongan pertama lainnya yang bisa sedikit menolong adalah CPR (cardiopulmonary resuscitation). Tapi tidak sepenuhnya efektif," kata Dicky.

CPR adalah tindakan pertolongan dengan menghentak pembuluh darah yang menuju jantung. Hentakan ini diharapkan bisa sedikit membuka saluran darah yang tersumbat sehingga aliran darah bisa mengalir meski sedikit. Setelah itu pasien bisa dibawa ke rumah sakit.

Namun tindakan CPR minimal membutuhkan waktu 30 menit. Sementara, orang awam tidak mengetahui separah apa serangan jantung yang diderita. Pengetahuan tentang CPR juga tidak dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia.

"Karena itu sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit. Pembuluh koroner sangat kecil, kalau salah melakukan hentakan dikhawatirkan akan membuat saluran bocor," kata Dicky. Kesalahan hentakan juga dikhawatirkan membuat plak lainnya ikut bocor, sehingga membuat penyakit semakin parah.

Saturday, February 1, 2014

Serangan Jantung Sering Terjadi Pagi Hari, Kenapa?

 Mengenal jam biologis tubuh penting artinya bagi kesehatan, termasuk bagi mereka yang menderita penyakit jantung. Penelitian menunjukkan, waktu antara pukul 4 sampai 10 pagi ternyata menjadi saat paling potensial terjadinya serangan jantung. Hal ini didasarkan pada ritme dan daur hormon pada tubuh manusia. 

"Pada jam segitu produksi adrenalin sedang mencapai puncaknya. Hal ini memicu peningkatan pada beberapa hal yang berbahaya bagi penderita jantung," kata ahli jantung dr. Muhammad Zaini, Sp.JP (K), FIHA pada acara 'Seminar Awam Penyakit Jantung Bisa Diobati', yang diadakan RS. Premier Jatinegara Jakarta pada Minggu (2/6/2013). 

Produksi adrenalin yang meningkat, lanjut Zaini, dapat merangsang tekanan darah dan denyut jantung yang lebih cepat. Hal ini mengakibatkan darah yang mengalir dalam pembuluh darah pun lebih cepat. 

Padahal, pada penderita jantung koroner (PJK), pembuluh darahnya relatif berukuran lebih kecil. Hal ini diakibatkan oleh penumpukan atau "bisul" berisi lemak, kapur, atau kolesterol di saluran pembunuh darah bagian dalam. 

Aliran darah yang lebih cepat mengakibatkan "bisul" berdinding tipis tersebut pecah. Pecahnya dinding bisul berpotensi menimbulkan gumpalan, yang menghambat aliran darah. Akibatnya, asupan darah yang kaya oksigen dan nutrisi tidak bisa mengalir lancar ke dalam jantung. 

"Asupan yang terhambat mengakibatkan kematian sebagian otot jantung. Akibatnya fungsi jantung sebagai pompa tidak bisa dilakukan, dan terjadi kegagalan," kata Zaini. 

Zaini mengatakan tidak ada gejala khas yang menentukan datangnya suatu serangan. Oleh karena itu, dirinya menyarankan penderita jantung untuk mawas diri. 

"Terutama bagi penderita pemula. Sering sakit dada kiri, namun segera hilang bila istirahat bisa menjadi gejala awal. Sediakan selalu aspirin atau cedocard bila sewaktu-waktu terjadi serangan," kata Zaini.

Cedocard dan aspirin merupakan dua obat yang digunakan sebagai pertolongan pertama bagi pasein yang mengalami serangan jantung karena manfaatnya yang dapat melebarkan pembuluh-pembuluh darah jantung.